Kerajaan di Padanglawas ini Masih Berhubungan dengan Majapahit, Tak Terkalahkan Belanda dan Jepang
Kehebatan Kerajaan Majapahit pada masa lampau, di mana kekuasaan Majapahit melakukan ekspansi politik dan perdagangan ke penjuru Nusantara ternyata mengalir dalam sistem pemerintahan sebuah kerajaan di Kabupaten Padanglawas.
Kerajaan itu bernama Huristak.
Huristak masa kini merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Padanglawas, yang berpangku pada sistem pertanian dan perkebunan sebagai ekonomi masyarakat.
Sebuah Bagas Godang, istana kerajaan masih berdiri sebagai peninggalan kerajaan (foto).
Saat ini, raja Huristak diemban Tondi Hasibuan sebagai Pemangku Raja XII Kerajaan Huristak . Ia mewarisi takhta raja dari ayahnya, Patuan Nagalan Hasibuan yang kini tinggal di Kota Medan.
Tondi tinggal di Bandung sebagai dosen di perguruan tinggi di sana.
Terkait silsilah Kerajaan Huristak yang masih berkaitpaut dengan Kerajaan Majapahit. Belum ada literatur yang secara jelas kapan peradaban Huristak dimulai.
Namun Tondi mengatakan tali silsilah kerajaan ada dari Raja Majapahit Raden Wijaya.
"Ada (keturunan) dan pernikahannya berulang karena Raja Oristak abad ke-14, Namora Sende tua, istrinya juga putri Majapahit," kata Tondi, Kamis (6/5/2021) sore.
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Huristak memiliki luas wilayah kerajaan mencapai empat kabupaten.
Kabupaten tersebut adalah Padanglawas dan Padanglawas Utara serta dua kabupaten yang menjadi bagian Provinsi Riau; Kabupaten Rokan Hulu dan sebagian Rokan Hilir (sekarang).
Huristak bahkan tak pernah tersentuh oleh Kolonial Belanda saat menyerang Tapanuli Bagian Selatan dalam upaya kolonialisme dan Imperialisme.
"Kalau dibilang, Huristak dahulu merupakan kerajaan batak yang masih menggunakan bahasa sansekerta dan orang-orangnya juga masih memiliki nama yang mirip dengan nama nama India atau Hindu. Hal itu bisa kita lihat dari kuburan kuburan mereka," ujar Tondi Hasibuan.
Tondi bercerita, Islam kemudian masuk sekitar tahun 1825-1830. Seluruh kerajaan dan rakyat Huristak menerima Islam menjadi keyakinan mereka.
Huristak yang turun temurun dipimpin anak anak Hasibuan pun memeluk Islam dan memperdalam Islam, yang tentunya diikuti oleh rakyat.
"Jadi di sini ada kuburan non-Islam dan ada kuburan Islam," ujarnya.
Huristak dewasa kemudian tumbuh dalam pemerintahan. Kerajaan Huristak, imbuh Tondi, mulai berinteraksi dengan kerajaan kerajaan di sekitarnya yang kental dengan Budaya Melayu seperti Kerajaan Siak Sri Indrapura dari Provinsi Riau, yang berbatasan darat dengannya.
Oleh karena itu, Tondi menjelaskan keislaman Huristak menjadi semakin kuat, lantaran kerajaan sekitarnya juga beragama Islam.
Nuansa Melayu berbaur dalam corak Huristak yang kental akan Budaya Batak.
Sebuah dokumen Belanda sempat menuliskan kehebatan Kerajaan Huristak, dengan dokumen bernama Oristak yang ditulis peneliti Alexandre De Grete.
Ia bercerita sedikit mengenai kehebatan Huristak dalam perjuangan melawan Belanda.
Huristak yang dikenal mentereng dan berjaya masa itu menjadi penyuplai makanan bagi Tentara Republik Indonesia melawan Belanda dan Jepang.
"Jadi pada perang konvensional tahun 1943-1945 kita menjadi penyuplai makanan (padi) bagi tentara tentara Indonesia masa itu.
Kita juga memiliki dokumen bukti peperangan saat melawan Jepang yang masa itu dipimpin Pemangku Raja ke IX, Patuan Barumun," ujar Tondi.
Jepang sempat takluk di Barumun.
Pasukan Jepang yang kalah sempat diminta membuat jembatan di Tapanuli Selatan atas usul Patuan Barumun
Peradaban Kerajaan Huristak pun berakhir Pada tahun 1945-1947.
Masa itu, negosiasi datang dari keresidenan Tapanuli untuk mengajak Huristak bergabung dengan Republik Indonesia.
Huristak pun menerimanya dan Patuan Barumun IX menjadi anggota siyasah (strategi) perang keresidenan Tapanuli. (trb)
Posting Komentar