Kisah Pilu Supardi Harefa, Putrinya Meninggal di Tangan Pecandu Narkoba
Supardi Harefa (48) ayah dari AS (13) gadis remaja yang menjadi korban pembunuhan di Kabupaten Serdang Bedagai mengaku sempat tidak sanggup untuk melihat jasad anaknya ketika awal pertama kali ditemukan.
Dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca ia pun sempat menceritakan awal mula anaknya itu meninggal.
Ia mengaku terakhir kali melihat anaknya, Kamis (12/12/2024).
"Masih sempat dia pagi itu, sebelum pergi ke sekolah aku suruh beli minyak bensin separuh. Kami manggilnya Ica setelah itu minta duit dia dan pergi sekalian jemput kawannya naik sepeda motor. Pas balik dia aku suruh juga antar adiknya sekalian yang masih kelas 1 SD," ujar Supardi ketika ditemui di kediamannya di Dusun III Desa Lubuk Saban Kecamatan Pantai Cermin, Senin (16/12/2024).
Supardi mengatakan tidak ada gelagat aneh dari anaknya saat itu.
Seperti biasa anak pertamanya itu pun pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor.
Ia menyampaikan anaknya itu sebenarnya sedang ujian di sekolah sehingga harusnya pulang lebih cepat sampai rumah.
"Siang nggak pulang sampai sore nggak ada juga sampai rumah. Aku berpikirnya diculik saja anakku ini karena nggak pulang-pulang. Kalau HP ada tapi nggak pernah dibawa ke sekolah. Sampai malam pun kami keluarga cariin ke rumah-rumah temannya yang akrab. Temannya pun nggak ada yang tahu," ucap Supardi.
Karena sudah panik ia pun sempat mendatangi Polsek Pantai Cermin untuk membuat laporan orang hilang pada malam harinya.
Karena belum 24 jam ia pun disuruh untuk menunggu dulu.
Pada malam itu ia dan istri termasuk orangtuanya tidak bisa tidur sampai bingung mau cari kemana lagi.
"Hari Jumat jam 10 lah aku datangi lagi Polsek karena nggak tahu lagi kami cari kemana. Sepeda motornya pun nggak nampak. Sore sekitar jam 17.00 barulah ditemukan rupanya di rumah kosong itu," ucap Supardi.
ia mengatakan yang pertama sekali menemukan jasad anaknya adalah abang iparnya Safaruddin. Saat itu ada kecurigaan dari rumah kosong itu.
Sebab disebut sering kali rumah kosong itu dijadikan tempat ngisap sabu oleh kelompok pemuda-pemuda.
Rumah kosong di pinggir jalan itu hanya berjarak sekitar 100 meter dengan rumah korban.
Posisi jasad korban dibuat didekatkan dengan pohon kelapa sawit yang sudah tumbang dan ditutupi daun pelepah kering.
"Waktu polisi datang itulah sempat ditanya kalau bapak nggak sanggup nggak usah dilihat. Aku pun nggak sanggup saat itu lihat langsung. Sudah tanpa busana dia tapi baju sekolah dan tali pinggangnya dililitkan di leher," katanya.
Saat itu tidak ada ditemukan sepeda motor dan rok yang dipakai anaknya.
Ia mengaku sejauh ini masih menunggu kabar dari pihak kepolisian soal siapa pelaku-pelaku yang sudah ditangkap.
Selain dibunuh anaknya juga diduga diperkosa. (trb)
Posting Komentar