Kisah Pejuang Bermarga Tarigan yang Diburu Westerling, Akhirnya Tewas Karena Pengkhianat
Pasukan Belanda saat memasuki Kota Medan, 1946. (Foto : Dokumentasi Leiden) |
Atas nama mempertahankan kemerdekaan, para pemuda menentang kedatangan Sekutu. Secara sembunyi-sembunyi, mereka menembaki jip-jip milik Sekutu setiap hari. Perwira dan prajurit Inggris bahkan dibunuh satu demi satu. Begitulah cara mereka berjuang.
Bagi Westerling, para pemuda itu hanyalah sekelompok bandit yang mengacau. Westerling sering menerima informasi tentang aksi kelompok pemuda laskar. Pasukan Sekutu yang tugasnya melucuti serdadu Jepang kerap dibikin repot. Dalam memoarnya, Westerling menyebut satu nama yang paling meresahkan.
“Pemimpin kelompok itu diketahui bernama Terakan dan markas besarnya berada di kampung, atau desa terpencil, dekat Medan,” tutur Westerling.
Westerling menyebut Terakan setengah Cina dan setengah Jepang. Namun, menurut Yandi Syaputra Hasibuan, Terakan yang dimaksud Westerling ialah pemuda bermarga Tarigan yang berasal dari suku Karo. Tarigan bersama anggotanya melakukan perdagangan gelap hasil-hasil perkebunan yang dijual ke Singapura. Hasil perdagangan itu digunakan Tarigan untuk kepentingan perjuangan para pemuda di Medan, semisal untuk memperoleh amunisi.
“Tindakan yang dilakukan Tarigan bersama pasukannya membuat Inggris kewalahan. Inggris sudah berkali-kali menangkap Tarigan, tetapi tidak pernah berhasil,” tulis Yandi dalam skripsinya di Universitas Sumatra Utara, “Aksi Kekerasan Westerling di Kota Medan (1945--1946)”.
Sepak terjang Tarigan masuk dalam radar pengamatan Westerling. Hanya saja, untuk meringkus Tarigan, Westerling harus menunggu perintah. Lagipula menjangkau markas Tarigan yang terletak di tengah hutan dan rawa bukan perkara mudah. Anak buahnya selalu berjaga siang dan malam.
Nyawa Seharga Sebotol Wiski
Saat yang ditunggu-tunggu Westerling tiba. Seorang perwira Sekutu berpangkat mayor meminta Westerling menangkap Tarigan. Dalam suatu percakapan di tempat makan, sang mayor menjanjikan sebotol wiski Skotlandia “Black and White” apabila Westerling berhasil. Westerling menyanggupi dan hanya minta diberi waktu satu hari menjalankan pekerjaan itu. Mendengar itu mayor Inggris tersebut tertawa terbahak-bahak tanda tidak percaya. Pukul 21.00 malam itu juga Westerling bergerak mengejar Tarigan.
Westerling memilih dua orang untuk pergi bersamanya. Seorang dari suku Batak berperan sebagai mata-mata yang mengetahui gubuk tempat Tarigan tinggal. Satu lagi orang Madras. Mereka membekali diri dengan sebilah belati, sebotol kloroform, dan borgol. Pistol dan granat tangan juga dibawa tapi Westerling berharap tidak perlu menggunakannya. Untuk menyamarkan diri, Westerling dan anak buahnya mengenakan pakaian hitam. Wajah mereka dilumuri arang. Cara tersebut diyakini Westerling dapat menakut-nakuti lawannya.
Dengan mengambil jalan pintas menyeberangi rawa-rawa, Westerling berhasil menghindari sebagian besar penjagaan anak buah Tarigan. Pukul 01.00 dini hari, Westerling tiba di lokasi tujuan operasi. Di depan gubuk Tarigan, Westerling menghadapi tiga orang penjaga. “Menangani” penjaga adalah pelajaran dasar yang ditimba Westerling saat pelatihan komando di Skotlandia. Ketiga penjaga itu segera dilumpuhkannya dengan mudah. Mayat mereka dibuang ke sungai untuk menghilangkan jejak.
Westerling memasuki gubuk sedangkan anak buahnya berjaga di luar. Di dalam kamar, Tarigan didapatinya sedang tidur pulas. Westerling lantas menyiramkan kloroform ke kain yang dipakai untuk menekan hidung dan mulut Tarigan. Meski sempat meronta, dalam hitungan menit Tarigan pingsan. Westerling bersama anak buahnya menggotong Tarigan ke kantor untuk diintergasi.
Dalam keadaan kaki terikat di kursi, Tarigan diinterogasi Westerling. Sementara, orang Madras anak buah Westerling berdiri di samping Tarigan dengan pedang teracung. Efek kloroform yang mulai menghilang membuat kesadaran Tarigan perlahan kembali. Saat itulah Tarigan mencoba berlari menerjang ke arah Westerling. Namun, anak buah Westerling dengan sigap bereaksi melayangkan pedangnya.
“Kepala Terakan, yang dipotong rapi dari bahunya, mengambil arah berlawanan dan menabrak lantai dengan tidak menentu,” ujar Westerling dalam memoarnya.
Westerling memungut kepala Tarigan, mengemasnya dengan daun pisang, dan menyimpannya ke dalam kaleng biskuit. Kurang dari 24 jam, Westerling menyerahkan kepala Tarigan kepada mayor Inggris dalam jamuan makan malam di Hotel de Boer. Seketika itu pula nafsu makan sang mayor hilang. Westerling pun memenangkan sebotol wiski Skotch kesukaannya dari si mayor.
Macan Putih
Keesokan harinya, Westerling mendatangi lagi kampung tempat Tarigan berbasis. Bersama anak buahnya, Westerling memasang pasak di tengah kampung. Di atasnya, kepala Tarigan ditancapkan sementara di bagian bawah tertulis peringatan bagi para anak buah Tarigan. Westerling membubuhi catatan peringatan itu dengan tertanda dari: Macan Putih. (his)
Posting Komentar