Ada Bunker Rahasia di Kantor Dinas ini, Sering Penampakan Juga, Ternyata Sejarahnya Bikin Merinding...
Kantor Pariwisata Kota Medan yang terelak di Jalan, Prof. HM. Yamin Sh No.40, Gg. Buntu, Kec. Medan Timur, Kota Medan. Ternyata kantor tersebut merupakan bekas gedung tempat Freemasonry melakukan aktifitas beribadah pada zaman Hindia Belanda.
Dapat diketahui bahwa Freemason merupakan organisasi yang tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya.
Gerakan kebebasan berpikir dan anti dogma (terutama terhadap agama) ini sudah ada sejak sebelum abad pertengahan. Bukti ini didapatkan dari ditemukannya manuskrip dari sebuah perusahaan bangunan Inggris.
Manuskrip itu berisi konstitusi dan aturan-aturan organisasi, landasan hukum, serta hak dan kewajiban anggota.
Data-data ini yang di kemudian hari merupakan dasar pembentukan organisasi yang digunakan oleh Freemason, dan masih digunakan hingga saat ini.
Satu di antara peninggalan Freemason di kantor tersebut adalah pintu masuk depan kantor Dinas Pariwisata Medan, di atas pintunya terdapat kalimat "LOGE DELI".
Loge atau Loji merupakan bahasa Belanda dengan pengertian rumah pertemuan Vrijmetselarij atau Freemasonry atau tempat beribadah Freemason.
Selanjutnya terdapat tiang kanan dan kiri. Maksud dari tiang tersebut dari Freemason ialah berupa pasangan tiang Boaz dan Jachin. Tiang Boaz bermakna Kekuatan dua orang raja yang paling berpengaruh dalam merancangkan dan mendirikan tempat peribadatan Yahudi.
Kemudian, setelah masuk dari pintu depan Anda akan menemukan lantai keramik seperti papan catur yang berwarna hitam dan putih.
Jadi menurut mereka, lantai berwarna hitam putih itu mewakili lantai Kuil Raja Sulaiman yang juga merupakan simbol dualiti antara kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia.
Selanjutnya, Anda di dinding ruangan tersebut terdapat ukiran kepala patung manusia dengan hiasan daun-daun tembakau deli dan di bawahnya terdapat jendela.
Kemudian, satu di antara ruangan Kantor Dinas Pariwisata tepatnya kaca jendelanya terdapat simbol jangka dan kompas.
Di dalam buku berjudul “Morals and Dogmas”, yang ditulis oleh seorang tokoh terkemuka Freemason bernama Albert Pike, beliau menulis sebagai berikut tentang jangka dan kompas tersebut:
“Siku-siku / jangka adalah suatu simbol yang semula jadi dan tepat dari bumi ini dan apa-apa yang dimilikinya, berasal daripadanya dan berkenaan dengannya.
Adapun Kompas adalah suatu simbol yang semula jadi dan tepat bagi Langit dan semua hal yang berhubungan dengan surgawi dan alam surga. Hemaproditik adalah simbol dari alam berganda yang sejak dahulu diberikan kepada sang Dewa, sebagai sang Pembangkit dan sang Penghasil, sebagaimana Brahma dan Maya bagi bangsa Arya, Osiris dan Isis bagi bangsa Mesir. Sebagaimana Matahari adalah lelaki, maka Bulan adalah wanita”.
Jadi dengan kata lain, Jangka dan Kompas adalah simbol yang mereka ambil daripada paganisme bangsa Arya dan Mesir Kuno yang menyembah Bulan dan Matahari.
Sedangkan simbol huruf “G” pada Jangka Kompas itu sebagaimana dijelaskan oleh orang Barat sendiri iaitu Dr. Cathy Burns dalam bukunya “Masonic and occult symbols illustrated” di mana beliau membongkar rahsia di sebalik simbol-simbol Freemason yang ternyata banyak berkaitan dengan simbol-simbol okultisme (sihir).
Dia menyatakan bahawa: “Anggota Mason yang masih baru, yang berada pada level Biru, maka padanya diceritakan bahawa “G” adalah singkatan kepada Geometri atau God (Tuhan).
Tetapi Eliphas Levi, seorang okultis yang banyak menukilkan kata-kata Albert Pike dalam bukunya “Moral dan Dogma”, beliau menjelaskan bahawa sesungguhnya “G” yang oleh Freemasons diletakkan di tengah-tengah Bintang yang Bersinar adalah mewakili Gnosis dan Generasi, iaitu dua kata suci yang berasal daripada Kabala Kuno”.
Selanjutnya, apabila memasuki ruangan Aula Dinas Pariwisata Kota Medan, maka terlihat jelas sekali peninggalan Freemason masa Hindia Belanda tersebut. Terdapat dua Tiang atau tugu serta kalimat dari bahasa Belanda "Ken U Zelven". Dalam pengertian Ken U Zelfen ialah kenalilah dirimu.
Tak hanya kalimat Ken U Zelven, namun terdapat dua tiang kanan dan kiri dan lubang angin berbentuk bulat sepasang kanan dan kiri. Hal ini juga berkaitan dengan simbol Freemason, namun belum diketahui makna dan maksud simbol tersebut.
Akan tetapi, ada beberapa praduga bahwa dua tiang tersebut memiliki nama ialah Fater dan Mater. Di mana dua lubang angin dari sisi kiri merupakan matahari dan kanan merupakan malam hari.
Bunker Rahasia dan Penampakan Makhluk Gaib
Kemudian, kabarnya di bawah ruangan Aula ini terdapat bunker atau tempat penyimpanan rahasia. Hal ini terbukti jika melihat terowongan dari samping gedung kantor tersebut.
Dari penjelasan, orang-orang yang sering melakukan aktifitas di Gedung Kantor Dinas Pariwisata Medan. Ternyata sering juga mengalami hal hal gaib seperti gangguan penampakan makhluk halus.
Ada penampakan perempuan berparas orang Belanda atau eropa yang sedang berjalan lalu menghilang. Kemudian, ada juga lelaki tinggi besar, berparas wajah dengan ciri khas orang Belanda. Sedang melintas dan menghilang
Begitu juga yang dialami oleh seorang scurity, bahwasanya alat musik bermain sendiri di ruangan Aula Dinas Pariwisata Kota Medan. Sementara alat musiknya tidak ada yang memainkannya. Hal gangguan gaib yang dialami pegawai itu, sering dan berulang kali terjadi.
Kantor Dinas Pariwisata pindah ke Gedung bekas Freemason pada tahun 1991 ketika kantor dinas Pariwisata sudah tidak memadai lagi. Sebelum Kantor Dinas Pariwisata Medan menempati bangunan tersebut, bangunan tersebut sebagai kantor Dinas P dan K Deli Serdang. Tak hanya itu saja, ternyata kantor tersebut merupakan bekas tempat praktik bedah Mayat Kedokteran USU. (trb)
Posting Komentar