Urus e-KTP untuk Berobat, Warga yang Sakit-sakitan Ini Hembuskan Nafas Terakhir di Kantor Disdukcapil
Viral di media sosial seorang pasien bernama Amiluddin (54) meninggal saat melakukan perekaman e-KTP di Kantor Dinas Dukcapil Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel). Amiluddin mengurus KTP sebagai syarat mengurus BPJS Kesehatan.
Dari video viral yang beredar, Amiluddin didampingi dan dituntun keluarganya saat melakukan perekaman e-KTP. Terlihat kondisi Amiluddin tampak sudah lemah saat mengikuti proses perekaman.
KTP korban sebenarnya sudah selesai dibuat. Hanya saja Amiluddin dinyatakan meninggal dunia saat masih berada di kantor Dukcapil Bulukumba, Selasa (15/3).
Sudah Tiga Hari Dirawat di RSUD Bulukumba
Kejadian ini dibenarkan pihak Pemda Bulukumba. Amiluddin disebut berangkat dari RSUD Bulukumba ke kantor Dukcapil untuk melakukan perekaman e-KTP.
"Jadi almarhum sebenarnya sudah 3 hari dirawat di rumah sakit dan harus dioperasi karena penyumbatan usus," kata Kasubag Publikasi Humas Pemda Bulukumba Andi Ayatullah Ahmad kepada detikSulsel, Rabu (16/3/2022).
Dia menuturkan pihak pasien sebenarnya sudah diminta cukup mengurus surat keterangan tidak mampu sehingga Pemda Bulukumba bisa membantu pengobatan. Namun dari pihak pasien ingin mengurus BPJS kesehatan meski harus mengurus e-KTP ke Dukcapil terlebih dahulu yang mana perekamannya tak bisa diwakili.
"Kita memang Bulukumba belum status universal health coverage atau UHC tapi kita Pemda tetap membantu orang tidak mampu untuk berobat, tapi dari pihak pasien mungkin menganggap BPJS lebih enteng," katanya.
Dukcapil Dihubungi Keluarga Pasien
Kadisdukcapil Bulukumba Andi Mulyati mengklarifikasi tudingan pemaksaan melakukan perekaman e-KTP seperti yang viral di media sosial. Dia menegaskan tak ada unsur pemaksaan sama sekali karena sudah tugas Dukcapil untuk mencetak atau menerbitkan KTP sehingga tidak ada pemaksaan untuk datang.
"Yang paksa siapa sebenarnya ya mungkin pengguna KTP. Bisa BPJS atau RS dan itu bukan domain saya," ungkap Kadisdukcapil Bulukumba Andi Mulyati Nur, seperti dikutip dar detikSulsel, Rabu (16/3).
Andi Mulyati Nur menuturkan bahkan awalnya, pihak keluarga Amiluddin sudah menghubungi pihak Dukcapil untuk datang mengurus e-KTP untuk salah satu anggota keluarganya yang sedang sakit. Sehingga pihak Dukcapil saat itu posisinya sudah menunggu memberikan layanan khusus untuk orang sakit.
"Kejadiannya kemarin, Selasa (15/3) jelang waktu asar. Waktu dia datang turun dari pete-pete (mobil angkutan), saya yang terima langsung karena dia langsung berhenti duduk. Saya sendiri yang tuntun, naik ke ke kursi roda dan tuntun naik ke mobil pelayanan," bebernya.
e-KTP Tuntas Saat Meninggal
Kadisdukcapil Bulukumba Andi Mulyati Nur menuturkan kondisi Amiluddin memang sudah cukup buruk. Sehingga saat itu Amiluddin juga dituntun saat proses perekaman e-KTP. Menurut Mulyati, e-KTP Amiluddin tuntas hampir bersamaan Amiluddin meninggal.
"Bahkan saya tuntun sampai sakaratul maut. KTP-nya jadi berarti biometriknya selesai," bebernya.
Andi Mulyati menuturkan, Dukcapil Bulukumba memang punya inovasi layanan khusus kependudukan. Terutama untuk layanan emergency, lanjut usia (lansia), orang gila, orang hamil dan sebagainya. Dibuat khusus tidak seperti layanan umum.
"Kalau orang sakit, saya yang langsung tangani. Jadi saat dia (Amiluddin) datang kita langsung rekam dan memang kondisinya sudah memburuk," tuturnya.
Baru Pulang dari Malaysia
Andi Mulyati Nur mengaku menyesalkan pihak keluarga yang baru datang melakukan pengurusan e-KTP saat Amiluddin sudah dalam kondisi sakit. Apalagi ternyata Amiluddin sudah beberapa hari dipulangkan dari Malaysia karena kondisinya sakit.
"Saya sempat tanyakan ke istri dan adiknya yang datang mengantar kenapa baru urus KTP. Katanya memang Amiluddin tidak punya KTP karena baru datang dari Malaysia," jelasnya.
Mulyati mengaku menyayangkan narasi yang muncul di media sosial yang menyalahkan Dukcapil. Padahal pihaknya sudah melakukan upaya maksimal. Menurutnya, insiden ini menjadi tanggung jawab dan pelajaran bagi pemerintah desa dan pemerintah kecamatan asal Amiluddin.
"Mestinya ini pemerintahan setempat desa dan camatnya proaktif saat ada mutasi penduduk datang dan pergi harus ditahu. Apalagi ada dari Malaysia dan sakit lagi, kenapa kami tidak dihubungi. Padahal kepala desa bermitra dengan kami," sesalnya.
Posting Komentar