Usai Viral Tabung Oksigen dan Bayi Dicovidkan, Kini Wakil Ketua DPRD Medan Kena Mop Petugas RSUD Pirngadi
Viralnya video berdurasi satu menit 59 detik, yang menunjukkan adanya protes keluarga bayi yang merupakan pasien di RSUD dr Pirngadi Medan, atas buruknya pelayanan di rumah sakit pelat merah tersebut, langsung mendapat respon dari berbagai pihak, termasuk DPRD Medan.
Hebohnya lagi, dalam video itu, bayi tersebut diduga dicovidkan oleh pihak rumah sakit. Untuk itu, DPRD Medan berencana memanggil Manajemen RSUD dr Pirngadi Medan, terkait buruknya pelayanan yang diberikan tersebut. “Kami akan menggelar rapat dengar pendapat, kenapa kejadian seperti itu bisa terjadi.
Buruknya pelayanan RSUD dr Pirngadi Medan ini, bukan kali ini saja, tapi sudah berkali-kali. Sebelumnya, kita juga sama-sama tahu, ada persoalan tabung oksigen kosong yang diduga menyebabkan meninggalnya seorang pasien,” ungkap Wakil Ketua DPRD Medan, Rajuddin Sagala, Rabu (9/6).
Lebih lanjut Rajuddin mengatakan, dia ingin mendengar langsung masalah ini dari Direktur Utama (Dirut) RSUD dr Pirngadi Medan. Sebab, apa yang dilakukan petugas medis ini, sangat tidak layak dan sangat mencederai dunia kesehatan. “Jadi saat itu, saya telepon Dirut RSUD dr Pringadi Medan, agar (pasien bayi) dilayani dengan bagus. Katanya iya, dan langsung dimasukkan ke IGD,” cerita Rajuddin.
Saat datang ke rumah sakit, bayi itu rencananya akan dioperasi. Tapi kenyataannya, niat untuk operasi tak kunjung dilakukan, karena berbagai alasan, termasuk karena kurangnya alat medis.
“Pasien mau dioperasi, rupanya sampai pukul 12.30 WIB tidak jadi-jadi. Makanya nanti dalam waktu dekat atau secepatnya, akan kami panggil Direktur RSUD dr Pirngadi Medan. Kemungkinan minggu depan,” tegas Rajuddin lagi.
Rajuddin pun menceritakan kronologi kejadian terkait video tersebut secara gamblang. “Bayi tersebut masuk ke rumah sakit pada Senin (7/6) malam. Jadi karena mereka ini orang tidak mampu, kemudian mereka pun menelepon saya, untuk meminta bantuan agar anaknya bisa dirawat. Tapi saya bilang, akan saya usahakan untuk komunikasi terkait persoalan itu dengan Dirut RSUD dr Pringadi Medan,” bebernya.
Menurutnya, tak hanya Dirut RSUD dr Pringadi Medan saja yang dihubunginya, tapi kepala ruangan rumah sakit tersebut, Risma, juga dihubunginya. Setelah itu, pihak RSUD dr Pirngadi Medan pun menyuruh agar pasien tersebut segara dibawa ke rumah sakit yang berada di Jalan HM Yamin Medan itu, untuk dirawat.
Dijekaskan Rajuddin, pasien sudah masuk RSUD dr Pringadi Medan pada Senin itu. Pasien pun ditangani oleh pihak rumah sakit. Selasa (8/6) pagi, dia pun menjenguk pasien untuk memastikan, apakah sudah dilayani dengan baik atau tidak. Tapi, pasien sudah di ruang ICU, dan ketika Rajuddin datang, dia tidak memperkenalkan diri sebagai Anggota DPRD Medan kepada perawat yang berjaga.
“Itu pun ketika saya permisi dan bilang ingin menjenguk kepada petugas, jawaban mereka sudah tidak bersahabat. Jadi petugas yang berjaga bilang ke saya, ‘tidak bisa bapak menjenguk, bapak siapa? tidak bisa menjenguk di sini’, itu kata mereka ke saya,” ujarnya.
Karena tidak diberi izin menjenguk dan disambut dengan bahasa tubuh yang tak bersahabat oleh petugas atau perawat yang berjaga di RSUD dr Pirngadi Medan, Rajuddin pun menjelaskan kepada petugas tersebut, dia adalah Wakil Ketua DPRD Medan. Setelah itu, barulah petugas tersebut langsung memberikan izin kepada Rajuddin, untuk menjenguk pasien bayi berusia 3 pekan yang dilantarkan pihak rumah sakit tersebut.
“Di sana mereka (petugas rumah sakit) bercerita ke saya, perut bayi tersebut membesar karena apa yang dikosumsi bayi itu tidak bisa keluar. Lalu pengakuan mereka kepada saya, nanti akan diusahakan supaya pasien dioperasi. Kemudian saya bilang lakukan yang terbaik,” katanya.
Rajuddin pun menceritakan, pihak rumah sakit menjadwalkan untuk mengoperasi pasien di Selasa (8/6) malam. Maka, pasien dimasukkan ke ruangan operasi dari pukul 22.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB dini hari. Ternyata, pasien tak kunjung dioperasi.
“Tak jadi dioperasi, alasannya karena si bayi ini terpapar Covid-19. Sementara orangtuanya cerita kepada saya, anaknya itu tak pernah ditest swab atau dirapid test. Jadi orangtuanya merasa keberatan dengan pernyataan serta laporan petugas rumah sakit itu,” tuturnya.
Dia pun menjelaskan, sebelum dirawat di RSUD dr Pringadi Medan, pasien pertama kali dirawat di RS Stella Maris. Bahkan, hasil swab test di RS Stella Maris, pasien tersebut negatif terpapar Covid-19.
“Nah, pengakuan si ibu pasien kepada saya, dia sempat mendengar ada perawat saling berbisik, untuk mengcovidkan pasien tersebut. Kemudian, saya telepon Direktur RSUD dr Pirngadi Medan, dan dilakukan swab test ulang. Dan hasilnya negatif,” ujar Rajuddin.
Rajuddin juga menceritakan alasan lain pasien tersebut tidak jadi dioperasi, yakni karena tidak ada selang infusnya. Hal itu pun menjadi hal yang ganjil bagi seorang Rajuddin. Dia mengatakan, jika pihak RSUD dr Pirngadi Medan memang tak memiliki alat yang lengkap, seharusnya langsung dirujuk ke rumah sakit lain. Dalam hal ini, Rajuddin mengaku sangat menyayangkan pelayanan medis di rumah sakit milik Pemko Medan itu, termasuk kepada bayi bernama Khayra Hanifa Al Maghfirah tersebut.
“Oknum-oknum petugas medis yang merusak citra RSUD dr Pirngadi Medan, tidak perlu dipertahankan. Jika ini dibiarkan, tentu akan terjadi lagi pada pasien lain. Kalau dipertahankan oknum-oknum itu, maka bukan hanya akan memperburuk citra RSUD dr Pirngadi Medan di mata masyarakat, tapi juga membuat buruk citra Pemko Medan,” jelasnya.
Sementara itu, Kasubbag Humas RSUD dr Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin mengaku, belum bisa memberikan keterangan secara rinci soal kasus ini.
“Nanti ya, belum ada sama saya kronologisnya. Mungkin besok (hari ini, red) diberikan ke saya. Baru bisa dijawab,” katanya, saat dikonfirmasi via telepon selular, Rabu (9/6) siang. Saat dikonfirmasi kembali pada Rabu malam, Edison tak bersedia mengangkat sambungan telepon selularnya.(map/saz)
Posting Komentar