Fakta Mengejutkan di Balik Kisah Keluarga yang Mudik Jalan Kaki ke Bandung
Dani Rahmat (39) dan istrinya, Masitoh Ainun (36) menjadi sorotan karena mengaku mudik jalan kaki dari Gombong, Jawa Tengah menuju Bandung berama dua anaknya yang masih balita.
Mengetahui cerita tersebut, ibu kandung Dani, Lilis Suryani (56) mengaku terkejut dan malu karena putra pertamanya viral karena mudik jalan kaki demi menarik simpati orang.
"Ibu mah, isin pisan meni dugi ka kitu (malu banget sampai seperti itu) kalau bisa gak usah viral."
"Ibu gak pernah nyuruh seperti itu," kata Lilis, saat ditemui di rumahnya di Kampung Bojong Sayang, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Minggu (9/5/2021).
"Walau saya sudah tua dan tak punya apa-apa, saya masih mampu kerja, menjahit," ujar Lilis yang terlihat berkaca-kaca.
Sempat pulang ke Bandung
Lilis bercerita anak pertamanya Dani dan istrinya serta kedua anaknya sempat pulang ke Bandung sekitar seminggu lalu.
Namun mereka tak lama karena pamit akan kembali ke kontrakan.
"Lalu dia pergi lagi, gak tahu seperti itu, saya tahunya mau ke kontrakannya saja," ungkapnya.
Lilis mengaku lelah mengurus Dani karena dinilainya kerap membuat masalah.
"Jadi setiap ke sini ia kerap bawa masalah saja. Saya sudah capek, mengurusnya harus bagaimana," kata Lilis.
Hal tersebut dibenarkan adik Dani, Fitria Anisa (18). Ia mengatakan sang kakak suka membuat masalah.
Bahkan saat sang kakak pulang, ia sempat cekcok dengan Dani dan Masitoh karena tak terima ibunya dibentak-bentak oleh Dani.
Lilis pun berharap Pemerintah dapat membantu Dani dan Masitoh untuk pulang ke Medan, Sumatera Utara lantaran ia sudah lelah mengurus mereka.
Masitoh sendiri tercatat sebagai warga Lubuk Pakam, Medan, Sumatera Utara.
"Semoga Pemerintah membantu memulangkan mereka."
"Sebab bukannya saya tidak sayang, tapi sudah capek karena kerap membuat masalah," tandas dia.
Tak hanya ibu Dani, keluarga Masitoh juga telah mendengar kabar anak mereka viral karena nekat mudik jalan kaki.
Kakak dan orang tua Masitoh syok, bahkan marah, mengetahui Masitoh mengarang cerita untuk mendapat uang.
Ide dari sang istri
Dani (38) dan Masitoh (36) sembari membawa dua anaknya yang masih balita nekat jalan kaki pulang mudik dari Gombong (Jawa Tengah) ke Soreang, Kabupaten Bandung karena tak punya pekerjaan setelah di-PHK di tempat kerjanya. Mereka berangkat dari Gombong pada Minggu (2/5) sore dan Jumat (7/5) siang baru sampai di Ciamis.
Masitoh mengakui ide hidup di jalanan muncul dari dia saat tempat kerja Dani gulung tikar.
"Mesin jahit diambil bos, jadi bingung kerjaan enggak ada. Yang ngajak hidup di jalan, saya. Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan," kata Masitoh saat ditemui di tempat karantina di Kantor Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Minggu (9/5/2021).
"Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh.
Ia mengaku bersama suami suami dan dua anaknya, sempat pulang ke Bandung seminggu yang lalu. Setelah itu mereka kembali melakukan perjalanan.
"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta."
"Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7.000. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," bebernya.
Dari Cikarang, ujar Masitoh, keluarga kecilnya berjalan menuju Cikampek, Karawang, Subang, dan Indramayu.
Tiba di Indramayu, Dani dan Masitoh mendapat tumpangan bus untuk ke Tegal. Kemudian, dari Tegal mereka berjalan ke Gombong.
Setibanya di Gombong, Dani dan Masitoh mulai jalan kaki untuk kembali lagi ke Bandung.
Saat di Ciamis, Jumat (7/5/2021), kepada sejumlah jurnalis, Dani mengaku mudik jalan kaki bersama keluarganya karena tak punya uang akibat PHK.
“Kami bukan mudik, tapi pulang kampung. Pulang habis, karena di Gombong sudah tidak punya apa-apa lagi."
"Mudah-mudahan di Bandung nanti ada pekerjaan,” ungkap Dani kala itu, dikutip dari Tribunnews.com.
Mengarang cerita agar dapat simpati
Ternyata Dani dan istri sengaja mengarang cerita untuk mendapat simpati banyak orang.
Kenyataannya adalah Dani dan Masitoh sudah berkeliling Jawa selama satu tahun terakhir sebagai orang jalanan.
"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat."
"Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu memang yang namanya cari kerja susah," ungkap Masitoh.
Masitoh membeberkan alasannya mengajak Dani dan kedua anaknya yang masih balita untuk hidup di jalanan.
Masitoh mengatakan, ia sekeluarga tak mungkin tinggal di rumah ibu mertua di Bandung karena tempatnya sempit.
Selain itu, ia dan Dani tak memiliki uang untuk membayar kontrakan.
"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit."
"Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, kan gitu kan," jelasnya, Minggu (9/5/2021).
Selama satu tahun berkeliling Jawa, Masitoh mengibaratkan seperti jalan-jalan gratis.
Ia menuturkan selama ini hanya mengandalkan pom bensin dan masjid sebagai tempat berteduh dan istirahat.
"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.
Diketahui, Masitoh saat ini masih merupakan warga Lubuk Pakam, Medan, Sumatera Utara. Namun ia mengaku KTP-nya hilang dicuri orang saat berada di Cimahi, begitu juga KTP Dani.
Ia mengatakan kemungkinan akan kembali ke Medan untuk mengurus orang tuanya setelah Pemerintah mencabut aturan larangan mudik.
"Setelah enggak ada penyekatan lagi, insyaallah, kami balik ke Medan. Mau ngurusin orang tua di sana," kata Masitoh. (kmp)
Posting Komentar