Tanah Makam Ini Semakin Tinggi, Analisis Ahli Geologi Malah Bikin Merinding!!!
Fenomena tanah kuburan 'menggelembung' di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menarik perhatian banyak pihak. Peneliti pun datang untuk memastikan penyebab terjadinya fenomena tersebut.
Ahli geologi tengah memastikan fenomena tanah kuburan meninggi tersebut terjadi secara alamiah atau bikinan oknum tertentu untuk membuat sensasi. Kuburan itu berada di Korong atau Kampung Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Padang Pariaman.
Ahli geologi, Ade Edwar, mengungkap beberapa kemungkinan yang menyebabkan tanah kuburan tersebut meninggi. Dia mengatakan tanah yang tiba-tiba meninggi itu bukan pertama kali terjadi.
Dia mengatakan ada fenomena yang dikenal dengan 'tanah tumbuh'. Ada analisis meningginya tanah kuburan itu disebabkan ada tekanan dari patahan.
"Sepanjang patahan Sumatera, banyak 'tanah tumbuh' ini, namanya diapir. Diapir adalah penerobosan (intrusi) batuan karena perbedaan tekanan dan bouyancy. Penerobosan biasanya vertikal melibatkan batuan berdensitas rendah yang relatif mobile menerobos batuan berdensitas lebih tinggi, biasanya melalui rekahan (fracture). Diapir ini bisa di mana saja terjadi," kata Ade dalam percakapan dengan detikcom, Jumat (26/3/2021).
Tanah kuburan di Padang Pariaman, Sumbar meninggi hingga 1,5 meter (Jeka Kampai-detikcom)Tanah kuburan di Padang Pariaman, Sumbar yang meninggi hingga 1 meter lebih itu belum diketahui makam siapa (Jeka Kampai-detikcom)
"Di samping fenomenologi diapir, hal lain bisa juga karena adanya patahan, seperti kejadian di pinggir jalan di Lubuk Selasih sebelum Mapolres Solok beberapa waktu lalu, di mana tanah daerah tersebut juga naik terus akibat tekanan dari patahan Sumatera," tambah dia.
Mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar itu menambahkan diapir merupakan fenomena yang banyak terjadi. Fenomena itu dapat terjadi karena ada terobosan tanah/batuan yang lebih ringan berat jenisnya yang naik ke atas.
Ia meminta agar semua pihak menahan diri untuk tidak terlalu cepat berpikiran mistik. "Jangan ini dianggap sebagai kuburan keramat, atau kuburan yang dikaitkan dengan perilaku orang masa hidupnya," tutup Ade.
Tanah kuburan yang meninggi itu masih meninggalkan sejumlah misteri. Sosok yang dimakamkan dalam pusara tersebut pun belum diketahui.
Pasalnya, nisan yang terpasang di kuburan tersebut tak bernama. Kondisi tanah kuburan itu meninggi sudah terjadi lebih dari 15 hari. Tanah terus menggelembung secara bertahap.
Ade pun mendatangi lokasi tersebut. Dia mengatakan ada perbedaan warna tanah di kuburan yang meninggi itu.
Simak upaya ahli geologi untuk mendalami fenomena tanah kuburan menggelembung ini di halaman selanjutnya.
"Warnanya saja yang agak berbeda. Kuburan yang meninggi itu ada kecokelatan, sedangkan kuburan yang lain agak kemerahan. Tapi itu baru secara kasatmata. Untuk lebih detailnya tentu perlu kajian lebih lanjut," kata Ade saat dimintai konfirmasi, Selasa (30/3).
Dia mengatakan tanah kuburan itu meninggi lebih dari 1,3 meter. Selain itu, dia menyebut lebar makam yang meninggi mencapai 6,5 meter dan panjang 8,5 meter.
Dia datang sebagai bagian dari survei pendahuluan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Nantinya, pihak BPPT akan mengecek kondisi tanah di kuburan itu dengan georadar.
Georadar merupakan metode geoteknik dengan memanfaatkan gelombang radar untuk memvisualkan objek yang berada di bawah permukaan tanah. Nantinya, akan ada alat yang terdiri dari unit kontrol, antena pengirim dan antena penerima dan penyimpanan data yang sesuai dengan peralatan display yang dipasang di area itu.
Sementara itu, Wali Korong Sungai Asam, Anuar, mengatakan tak ada yang tahu siapa yang dimakamkan di pusara itu karena tak ada nama di batu nisannya.
"Siapa yang dimakamkan di sana, itu belum ada yang tahu, karena kuburannya sudah lama dan tidak ada nama di batu nisannya," kata Anuar.
Dia menduga kuburan tersebut merupakan makam orang dari suku Panyalai. Makam itu diduga sudah lama ada.
"Itu kuburan kaum suku Panyalai," kata Anuar.
Para pemuka agama dan adat, termasuk dari suku Panyalai, di wilayah itu telah bertemu. Mereka sepakat mencari tahu siapa keluarga dari jenazah yang dimakamkan di lokasi itu.
Untuk sementara, para tokoh agama, adat dan pemerintah setempat sepakat agar makam itu dijaga bersama. Hal itu ditujukan agar makam tidak rusak oleh warga yang makin ramai berdatangan tiap hari.
Terbaru, kuburan itu dipasangi kain putih. Kain itu dipasang seperti menjadi atap bagi makam tersebut. Menurut Anuar, hal tersebut merupakan tradisi setempat.
"Kebetulan kalau tradisi kita, kalau ada yang meninggal, pas dikubur, memang dipasang tirai. itu tradisinya," katanya.
"(Tirai) ini dipasang oleh salah satu warga, yang berasumsi ini keluarganya. Tapi kita belum bisa pastikan karena tidak ada bukti bahwa ini benar keluarga beliau," sambung Anuar. (dtk)
Posting Komentar