Warga Disuruh Jaga Jarak, Pamong Desa dan Bu Bidan Malah 'Lengket'
Ilustrasi |
ULAH pamong desa Marijo (40), dan bidan Asrini (35), benar-benar tidak konsekuen. Sebagai petugas pengendali Covid-19 tingkat desa, mereka selalu mnyuruh rakyat menjaga jarak. Tapi mereka sendiri, di hotel malah lengket, jaraknya nol Cm alias adu puser. Keruan saja digerebek suami Asrini dan didemo warga.
Orang yang bisanya mengajari tapi dia sendiri tak mempraktekkan, sering disebut “kyai Jarkoni” alias ngajar tapi tak nglakoni (menjalankan). Di hari kiamat nanti, begitu dikatakan dalam sebuah hadits, orang seperti itu akan selalu menggunting lidah sendiri, tapi tumbuh lagi dan digunting lagi. Di era gombalisasi sekarang ini, banyak orang bermental seperti itu. Bahkan bagi politisi, ngomong tidak konsekuen itu mah soal biasa, karena tergantung kepentingannya.
Pamong desa Marijo dan bidan Asrini dari Kecamatan Cilongok, Banyumas (Jateng), rupanya juga demikian. Ucapan dan anjuran tak sesuai dengan mereka punya kelakuan. Tapi sanksinya tak menunggu hari kiamat, mereka sudah dipermalukan di depan warga. Ketika aksi mesumnya disidangkan Pak Kades, diwarnai demo warga yang murni tanpa nasi bungkus.
Jika artis punya istilah cinta lokasi, rupanya Marijo – Asrini juga begitu. Mereka sering tugas bersama, karena berkaitan dengan misi pemberantasan voris Corona. Marijo petugas bagian Kesra, ditugaskan untuk bersinergi dengan bidan Asrini yang tahu tentang ilmu kesehatan masyarakat. Karenanya keduanya sering blusukan bersama ke kampung untuk menjelaskan perlunya jaga jarak minimal 1,5 meter dan selalu pakai masker ketika keluar rumah.
“Pilih tinggal di rumah, atau tinggal di rumah sakit bapak ibu?” kata Asrini dan Marijo saat memberi penyuluhan. Lain hari keduanya berkampanye lagi, “Virus Covid-19 ada di mana-mana, makanya bapak ibu lebih baik tinggal di rumah, ketimbang tinggal kenangan.” Warga pun mendengarkan dengan serius, sebagian dari warga banyak pula sambil omprong-omprong bacot (merokok).
Demikianlah, karena seringnya jalan bareng memberi penyuluhan tentang pencegahan Covid-19, keduaya menjadi akrab sekali. Padahal kakek nenek selalu mengingatkan, jika laki-perempuan berdua-dua terus, orang ketiganya adalah setan. Dan setan jaman milenial lebih agresif lagi ketika mengompori calon korbannya. Melalui HP canggih keduanya bisa saling goda, dan ternyata saling merespon.
Keduanya pun berani masuk hotel dan melanggar sama sekali prokes. Mestinya harus jaga jarak, tapi di kamar keduanya malah meminimalkan jarak dari 1,5 meter tinggal nom Cm alias sampai perut beradu. Jika sudah begitu setan pun makin memberi semangat. Sambil pakai masker, setan menyerukan, “Sikat saja Bleh, mumpung selagi ada.....”
Lain waktu kembali lagi ke hotel yang lain. Tapi celaka tiga belas, karyawan hotel itu ada yang kenal di antara keduanya. Maka ketika melihat Marijo-Asrini cek in di hotelnya, langsung telpon ke suami Asrini bahwa istrinya kencan dengan pamong Marijo. Kalau nggak percaya, ada bukti rekaman CCTV saat mereka pesen kamar.
Tentu saja Darmaji (40), kaget sekali. Kenapa istrinya yang bidan kok kelakuannya jadi seperti tlembuk (WTS) saja, masuk kamar hotel bersama lelaki lain. Maka dia buru-buru menuju hotel tersebut. Disaksikan Satpam hotel aksi mesum pamong desa dan bidan itu digerebek. Untung saja suami Asrini masih berbaik hati, skandal itu hanya dilaporkan ke Kades, bukannya langsung ke polisi.
Keduanya disidangkan di balai desa, sementara warga mendemo Marijo untuk segera meletakkan jabatan. Tapi Pak Kades menegaskan, yang bisa menentukan nasib pamongnya hanyalah Pak Bupati. Maka kasus ini akan dilaporkan ke bupati, bagaimana keputusannya nanti terserah yang di atas. Akan halnya Marijo, dia pasrah saja. Jika harus meletakkan jabatan, ya oka-oke saja karena itu sudah jadi resikonya.
Bakal kehilangan jabatan karena mengejar kenikmatan. (Gunarso TS)
Posting Komentar