Tugas Sekolah Terlalu Banyak, Siswa SMP Gantung Diri
Kasus bunuh diri pelajar kembali terjadi. Kali ini, seorang siswa di salah satu SMP ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya di Kelurahan Sebengkok, Kabupaten Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), Selasa (27/10/2020), sekitar 17.00 Wita.
Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polresta Tarakan Iptu Muhammad Aldi mengatakan, penyebab korban berusia 15 tahun tersebut bunuh diri belum diketahui. Namun, korban sebelumnya pernah mengeluh mengenai banyaknya tugas dari sekolah.
"Menurut keterangan beberapa saksi, korban ini orangnya pendiam, tapi pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah," kata Iptu Muhammad Aldi.
Penemuan mayat korban membuat geger warga sekitar tempat tinggal korban di RT. 32 Kelurahan Sebengkok. Warga selanjutnya melaporkan kejadian tersebut kepada Polresta Tarakan. Polisi kemudian ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan untuk divisum.
"Hasil visum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Posisi korban lidahnya tergigit dan mengeluarkan kotoran, dugaan awal kami memang merupakan murni gantung diri,” kata Aldi.
Penyidik juga sudah mendatangi memeriksa beberapa saksi menemukan pertama kali yang ada di TKP. Saksi yang diperiksa baik itu dari keluarga atau dari kerabat korban, termasuk orang tuanya.
Sejumlah warga mengaku prihatin dan meminta agar pihak sekolah dan orang tua menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran. Selama pandemi Covid-19, para pelajar merasakan tekanan selama belajar dari rumah atau sekolah daring.
"Innalillahi wa innalillahi roji'un. Selain banyak tugas, tanpa orang tua sadari, bentakan dan amarahan mereka bisa menjadi beban mental anak dan membuat tertekan," ujar salah seorang pelajar, Icha.
Salah seorang pelajar SMA Tarakan, Amy, mengatakan bahwa bisa jadi hal itu dipicu orang tua yang kurang perhatian terhadap anak. Anak akhirnya terbiasa menanggung beban. "Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, tingkat stres tambah tinggi," ujarnya.
Salah seorang orang tua pelajar di Tarakan, Kartini mengatakan, sekolah memang kerap membuat pelajar stres dengan berbagai tekanan. "Di sekolah mendapat beban bahkan ancaman dari pengajar terkait nilai, belum lagi masalah biaya pulsa dan jaringan internet banyak bermasalah," kata Kartini.
Persoalan lain, peranan orang tua ikut membuat siswa banyak tertekan karena mereka memang tidak memiliki kemampuan ikut membimbing atau mengajar. Dia berharap atas kejadian itu, pemerintah segera mengevaluasi sikap para guru serta sistem belajar mengajar jarak jauh. (ins)
Posting Komentar