Demi Belajar Daring, Pelajar di Simalungun Jalan Kaki 2 KM, Lalu Panjat Pohon Tinggi
Sejumlah pelajar dari Dusun Bah Pasunsang, Nagori Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, punya cara sendiri demi tak ketinggalan materi pelajaran di masa Pandemi Covid-19.
Anak-anak yang bermukim di lereng pegunungan Simbolon ini mengawalinya dari perjalanan sejauh 2 kilometer hingga memanjat pohon durian.
Perjuangan ini menjadi jadwal rutin mereka saban hari.
Dimulai jam 8 pagi mereka berjalan bersama-sama dan menanjak ke salah satu bukit yang memiliki ketinggian 15 meter.
Peluh keringat tak habis di situ, sebagian pelajar yang berusia rata rata SD-SMP ini tak jarang memanjat pohon durian, yang menjadi titik sinyal bisa ditemukan di sana.
Untungnya pohon durian itu sedang tak berbuah.
Menurut cerita mereka, biasanya mereka akan menunggu tugas dari guru mereka selama dua jam di sini.
Kemudian mengerjakannya di rumah, dan kembali keesokan harinya ke titik sinyal untuk melaporkan hasil PR mereka.
"Iya biasanya kalau udah dapat soal dari guru ke WA, kami pulang dan balik lagi ke sini, besoknya," ujar seorang siswi bermarga Saragih, Rabu (5/8/2020).
Bila saat orangtua tak mengendarai kreta ke kebun, mereka pun mencuri kesempatan meminjamnya untuk ditunggangi berbonceng-boncengan, bahkan sampai 4 orang dalam satu kreta.
Meski tahu ini menjadi bahaya, akan tetapi berkendara mau tak mau menjadi hal yang wajib dilakukan.
"Kalau saya biasanya ke sini, kalau ramai ramai. Kalau sedang sendiri gak berani juga. Makanya janjian," ujar Betty Stefani.
Pengulu Nagori Siporkas, Hendra Putra Saragih (32) menyampaikan, desanya memiliki 7 dusun, dengan jumlah kepala keluarga mencapai 584 atau penduduk sekitar 2 ribu lebih.
Kemudian jumlah angkatan pelajar mencapai 500-an anak.
"Ini kita di 300-400 meter. Kita berada di lereng beberapa gunung di sekitar yang tingginya capai 1200 meter.
Jadi sulit dapat sinyal. Balai Nagori tingginya aja 900 meter," kata salah satu kepala desa termuda di Kabupaten Simalungun ini.
"Kita sempat surati perusahaan telekomunikasi pemerintah untuk dibangunkan tower jaringan di sini. Tapi gak ada tindak lanjut mereka untuk mau meng'iya' kan," tambah Hendra.
Di Balai Desa atau Balai Nagori tempatnya bekerja sebenarnya memiliki antena internet.
Namun bandwidth-nya terbatas bila dibuka untuk pelajar dan masyarakat memanfaatkannya.
Kita punya tower kecil. Cuma kalau dibuat ramai ramai malah gak bisa dimanfaatkan di kita sendiri untuk kirim file atau dokumen.
Dan, kalau kita bukan untuk masyarakat lainnya, justru nanti ada yang iri iri," terang Hendra.
Selain Dusun Bah Pasunsang, dua dusun lainnya tergolong masih parah yaitu, Dusun Butu Ganjang dan Dusun Borno.
Di ketiga dusun ini, jangankan internet. Sinyal telepon pun susah.(in)
Posting Komentar