Tolak Suap Bandar Judi, Hoegeng jadi Sasaran Sniper saat Tugas di Medan
Gus Dur pernah bercanda. Beliau mengatakan, di Indonesia hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap. Pertama, mantan Kepala Polri almarhum Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Kedua, patung polisi dan ketiga adalah polisi tidur.
Candaan Gus Dur tersebut pernah membuat seorang warganet berurusan dengan polisi karena dianggap melecehkan institusi.
Tentang Hoegeng, banyak kisahnya yang bisa menjadi teladan bagi aparat kepolisian zaman now. Salah satunya saat Hoegeng bertugas di Medan, Sumatera Utara pada 1965 sebagai Kepala Reserse Kriminal di Sumatera Utara. Tugas itu menjadi ujian berat bagi polisi karena di Sumut terkenal dengan penyelundupan.
Hoegeng disambut secara unik. Setiba di Medan, rumah pribadi dan mobil telah disediakan beberapa cukong judi. Namun, Hoegeng menolak dan memilih tinggal di hotel sebelum mendapat rumah dinas.
Tak mau menyerah, para cukong itu pun kemudian memenuhi rumah dinas Hoegeng dengan beragam perabot rumah tangga.
Ternyata barang-barang itu dikirim oleh orang yang dulu mengaku sebagai panitia selamat datang. Hoegeng memberikan ultimatum kepada orang tersebut untuk mengambil kembali barang-barang dari rumahnya maksimal sampai pukul dua siang.
Sampai deadline yang ditentukan, tak ada tanda-tanda barang-barang itu diambil. Hoegeng sambil marah-marah mengeluarkan segala perobatan mewah tersebut.
Ditaruh di jalan! Terbukti, Hoegeng amat sulit ditaklukkan oleh pihak-pihak yang ingin menyuap dan memanfaatkan pejabat. Semasa bertugas di Medan, dia banyak membongkar kasus perjudian, smokel, suap, dan korupsi.
Termasuk yang melibatkan pejabat. Tak ada kompensasi apa pun. Hukum mesti ditegakkan.Dia bahkan pernah menangkap dan menahan perwira Polda Sumut yang ikut terlibat dalam kasus penyelundupan dan perjudian yang dilakukan pengusaha Medan.Tak heran dia pernah menjadi sasaran tembak sniper.
"Hoegeng memang pernah ditembaki sniper. Untungnya, tak ada yang mengenai sasaran. Rupanya, Hoegeng dijadikan sasaran tembak karena Hoegeng tak pernah mau kompromi," kata Hoegeng seperti yang ditulis dalam buku Suhartono 'Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan' terbitan PT Kompas Media Nusantara.
Itulah sepenggal kisah seorang "Polisi Teladan" yang legendaris di Indonesia yang ternyata pernah sukses besar menegakkan hukum di Sumatera Utara.
Kelak Hoegeng menjadi Kapolri pada 1968-1971 dan akhirnya mundur dari jabatannya karena tidak mau kompromi dalam penegakan hukum
Posting Komentar