Kisah Luhut, Tukang Sapu Kuburan yang Belasan Tahun Tak Pernah Digaji
Luhut Lubis, tukang sapu kuburan yang tidak pernah diupah selama belasan tahun. (zn) |
Ayunan tangannya masih lincah. Meski usianya sudah tidak lagi muda. Ditambah penyakit paru yang sudah menahun.
Namanya Luhut Lubis (55). Warga Jalan Imam Bonjol, Gang Bengkel ini sudah mengabdikan dirinya sebagai tukang sapu di tempat pemakaman umum (TPU) Simpang Silandit, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan, selama belasan tahun, tanpa diupah.
Memakai baju kameja pendek warna biru, suami dari Hawa (61), terlihat sedang membersihkan sampah yang jatuh dari pepohonan di areal pemakaman.
Menjadi tukang sapu di TPU milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan sudah dilakoni Luhut sejak 2002.
Namun, ayah 6 anak itu mengaku tidak pernah mendapatkan upah dari pemerintah.
"Yang penting ikhlas, walaupun tidak ada honornya,"ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Luhut berharap pada kebaikan para peziarah.
Sang istri setia mendampingi.
"Kalau istri menyediakan air untuk warga yang mau ziarah,"imbuhnya.
Mereka juga tidak mematok harga dan hanya mengharapkan keikhlasan dari warga yang mengambil air.
Menurut penuturan istrinya, selain menjadi tukang sapu, dia dan suaminya juga setiap hari Jumat rutin membersihkan masjid. Mereka juga tidak pernah mendapatkan upah pemerintah.
"Kalau ada yang mau ngasi uang kami terima, tapi kalau tak ada, juga tidak masalah,"imbuhnya. (zn)
Posting Komentar