Gara-gara Nunggu Tas Bertuliskan "Bantuan Presiden RI", Penyaluran Bansos Tersendat
Keterlambatan penyaluran bansos berupa paket sembako untuk warga terdampak virus corona (Covid-19) diakui oleh Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara.
Penyaluran bansos ini sempat tersendat karena harus menunggu tas pembungkus untuk mengemas paket sembako tersebut.
Juliari Batubara mengungkapkan, tas untuk penyaluran bansos tersebut belum tersedia karena pemasok bahan mengalami kesulitan import bahan baku. Sehingga, menyebabkan distribusi bansos terkendala meski paket sembako sudah tersedia.
“Awalnya penyaluran bansos sempat tersendat karena ternyata pemasok-pemasok sebelumnya kesulitan bahan baku yang harus import,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (29/4/2020).
Tas untuk mengemas paket sembako itu berwarna merah putih dan bertuliskan ‘Bantuan Presiden RI Bersama Lawan Covid-19’. Di tas itu juga terdapat logo Presiden Republik Indonesia dan Kementerian Sosial serta cara-cara agar terhindar dari virus corona.
Politikus PDIP itu menegaskan, saat ini produksi tas kemasan tersebut sudah lancar. Dia mengaku telah mengajak perusahaan lain untuk membuat tas kemasan sehingga diharapkan distribusi paket sembako ke depannya tidak terganggu.
“Sekarang supply kantong sudah lancar. Dan sebagai info, (PT) Sritex kami ajak kerjasama tidak dari awal. Mereka baru supply kantong sejak hari Rabu lalu,” jelasnya.
Sebelumnya dikabarkan, pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial mulai menyalurkan bantuan sosial berupa paket sembako senilai Rp600 ribu kepada warga tak mampu di Jabodetabek. Sementara, keluarga di luar Jabodetabek akan mendapat Bantuan Langsung Tunai senilai Rp 600.000.
Menyikapi hal tersebut, politisi Partai Keadilan Sejahtera M. Nasir Djamil, menyayangkan jika benar hanya gara-gara tas yang bertuliskan ‘Bantuan Presiden’ belum siap mengakibatkan sembako ditunda untuk dibagikan ke masyarakat miskin.
Nasir Djamil juga prihatin dengan hal tersebut, lantaran hanya karena menunggu tas tersebut siap. Jutaan masyarakat harus menunggu dalam kondisi kelaparan.
“Kondisi ini tentu membuat kita miris dan seolah-olah bantuan itu berasal dari kantong Presiden Jokowi, padahal itu uang berasal dari rakyat,” ujar Nasir, Rabu (29/4).
Dengan tegas, Nasir mengatakan, seorang presiden seharusnya tidak boleh menjadikan momen pandemik ini sebagai aji mumpung mencari popularitas.
“Mental aji mumpung tentu tidak boleh ada dalam cara kerja presiden. Tapi boleh jadi mungkin ada survey yang menyebutkan bahwa rakyat ternyata senang mendapatkan tas yang bergambarkan presiden jokowi,” sindirnya.
Dia pun menyindir sejumlah kepala daerah yang juga memakai cara Presiden Jokowi. Yakni, menempel stiker di setiap bantuan yang dibagikan.
”Jadi jangan salahkan kepala daerah yang menempelkan stiker yang bergambar dirinya karena bisa jadi kepala daerah itu meniru cara Presiden Jokowi,” pungkasnya
Posting Komentar