Rahmat Jual Ginjal di Terminal Demi Berobat Anak dan Bayar Tunggakan BPJS
Tak mau lagi kehilangan anak, seorang ayah di Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut) menjual ginjal miliknya di perempatan Simpang Pinang Baris. Dia membutuhkan biaya untuk membayar tunggakan BPJS Kesehatan agar anak yang tinggal satu-satunya bisa mendapat layanan kesehatan.
Nama ayah tersebut yakni Rahmat, warga Desa Mulyorejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang. Sejatinya, dia memang memiliki tiga anak. Namun dua di antaranya sudah berpulang menghadap Yang Kuasa.
Anak pertama meninggal saat berusia tiga bulan. Lalu anak ketiganya meninggal di usia dua tahun enam bulan. Satu-satunya kini hanya anak kedua yang telah menginjak tujuh tahun.
Anak perempuan ini diberi nama Siti Rahayu. Sejak menginjak usia sembilan bulan, tumbuh kembangnya tak seperti anak lain seusianya. Kondisi kesehatannya terganggu dan didiagnosa mengidap epilepsi hingga kelumpuhan.
Rahmat mengaku dia sudah bekerja begitu keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan pengobatan anaknya. Namun dengan mengandalkan gaji Rp1,5 juta sebagai sekuriti perumahan, ekonomi keluarganya tak mampu bertahan.
Sudah dua bulan ini premi BPJS Kesehatan miliknya tak terbayar. Tak ada lagi uang untuk membayar biaya tunggakan dan kebutuhan pengobatan anaknya.
Rahmat enggan menyerah dengan keadaan. Namun dia berharap belas kasih sesama. Dia pun memutuskan untuk jual ginjal miliknya.
Dia kemudian menuliskan niatnya tersebut ke dalam karton merah muda berukuran besar dan mengikat serta mengalungkannya di leher. Tulisan dalam karton itu berisi ‘Saya Menjual Ginjal Untuk Kebutuhan Biaya Pengobatan Anak Saya Penyandang Disabilitas. Warga Miskin’.
Dari rumah kecilnya, dia bersama istri dan anaknya Siti Rahayu kemudian berjalan menuju perempatan Simpang Pinang Baris. Mereka bertiga berdiri di tengah jalan berharap ada warga yang mau membeli ginjal miliknya.
Rahmat mengaku sudah dua hari terakhir menjajakan ginjal untuk biaya pengobatan anak. Panas terik matahari dia tak peduli. Semua untuk anak satu-satunya.
“Tinggal ini satu-satunya anakku. Ingin aku jaga dia. Pemerintah tolong beli ginjal ku. Aku sudah kehilangan dua anak, tak mau lagi kehilangan,” kata Rahmat mencurahkan perasaan yang melatarbelakanginya menjajakan ginjal di pinggir jalan, Jumat (14/2/2020).
Dia mengaku selama ini tak mendapat bantuan dari pemerintah. Sampai anaknya yang lumpuh dan epilepsi berusia tujuh tahun, tak sekalipun dia pernah merasakan sentuhan pemerintah.
“Tak pernah ada bantuan. Macam mana lagi, BPJS ku sudah nunggak, aku peserta mandiri. Aku jual saja ginjal yang penting anakku bisa terurus,” ujarnya. (inews)