Breaking News! Polisi Kepung dan Serang Markas Tentara, Dua Tewas, Belasan Luka
Kesenjangan sosial yang semakin dalam antara polisi dan tentara berdampak parah. Polisi yang menuntut kesejahteraan, mengepung dan menyerang markas tentara.
"Kami dikepung. Kami diserang menggunakan semua jenis senjata, senapan serbu, bom Molotov, gas airmata," kata pejabat militer, Jodel Lessage.
Dia menambahkan, tentara membalas tembakan namun tidak menimbulkan korban dari pihak kepolisian.
Lessage tak menyebutkan berapa banyak orang berada di markas militer yang berada di dekat istana kepresidenan itu saat serangan berlangsung.
Dua orang tewas setelah polisi di Haiti menyerang markas besar militer negara itu, Minggu (23/2/2020).
Kementerian Pertahanan Haiti menyebutkan, dua orang yang tewas merupakan personel militer. Selain itu belasan orang lainnya mengalami luka.
"Dengan prihatin dan kekecewaan, teror telah berkuasa di arteri-arteri tertentu di kota metropolitan Port au Prince," demikian pernyataan pemerintah Haiti, seraya menambahkan, untuk menghindari pertumpahan darah acara festival tahunan yang sedianya berlangsung pada Selasa dibatalkan, seperti dikutip dari AFP, Senin (24/2/2020).
Laporan media mengungkap, para pelaku beraksi menggunakan penutup wajah.
Penyerangan ini dipicu tuntutan kondisi kerja lebih baik. Tuntutan ini sudah diminta oleh kepolisian selama berbulan-bulan, termasuk hak membentuk serikat serta memastikan keterbukaan dalam pembicaraan di hierarki institusi penegak hukum itu.
Pada Sabtu (22/2/2020), Presiden Jovenel Moise mengumumkan langkah-langkah untuk meredakan krisis, termasuk mencairkan dana kompensasi bagi keluarga polisi yang meninggal dalam menjalankan tugas serta asuransi.
Haiti mengalami lonjakan kasus kriminal sejak awal 2020, seperti penculikan bermodus uang tebusan serta perang antarageng. Polisi dituntut bekerja ekstra untuk menangani kasus-kasus kriminal tersebut. (ins)