Belasan Perusahaan di Belawan Tutup, Ribuan Nelayan Nganggur, Harga Ikan Selangit, Gara-gara Ini...
Sedikitnya ada 10 perusahan perikanan dan 4 perusahaan penyalur BBM yang beroperasi di Gabion Belawan, termasuk penyalur es batangan sudah gulung tikar. Dan dari 628 kapal ikan yang ada, sekitar 70 persen tidak boleh lagi melaut. Dampaknya, ribbuan nelayan terancam.
Data dan fakta tersebut dikemukakan M Gultom, selaku Ketua Assosiasi Pengusaha Perikanan Gabion Belawan (AP2GB). Katanya, pelarangan alat tangkap jenis pukat hela dan pukat tarik sesuai Permen KP 71/2016 jadi biang masalah di semua sektor bisnis perikanan.
Bahkan, Peraturan itu sunggguh membuat lumpuh aktivitas perekonomian. Pengangguran pun jadi bertambah. Pasokan ikan pun jadi sulit. Makanya harga ikan belakangan ini makin selangit," ungkap M Gultom Minggu (25/11).
Ungkap M Gultom yang didampingi Sekretarisnya, Alfian MY, pasokan ikan menurun dalam kurun pertahunnya. Pada tahun 2015 pasokan ikan mencapai 50.801,63 ton, pada tahun 2016 pasokan ikan mencapai 30.615,72 ton dan tahun 2017 pasokan ikan mencapai 28.709,33 ton. Penyebabnya, banyak kapal ikan dengan alat tangkap pukat hela dan pukat tarik tidak boleh melaut.
"Kita bukan tidak mendukung aturan Permen KP 71/2016, tapi kenapa sampai saat ini pengganti alat tangkap larangan itu belum juga dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sehingga, banyak yang dirugikan,
seharusnya pemerintah pusat memberikan toleransi untuk memberikan kapal - kapal ini untuk melaut, sebelum alat tangkap pengganti diterbitkan," ujar M Gultom.
Harapannya, kepada pemerintah daerah harus mampu mendorong dan memberikan solusi kepada pemerintah pusat, untuk membolehkan kapal yang dilarang melaut, mengingat dampak pengangguran dan kerugian secara ekonomi terus dirasakan di Gabion Belawan.
"Lihat sekarang ini, dampak pengangguran terjadi, tingkat kriminalitas meningkat. Banyak nelayan yang dirumahkan, harus melakukan tindakan di luar sehat, mereka sudah lapar terpaksa merampok, itu sudah ada
beberapa kejadian di sekitaran Gabion Belawan. Kami, berharap kepada gubernur untuk bisa peduli melihat dampak yang terjadi, agar nelayan diperobolehkan melaut sebelum alat tangkap pengganti diterbitkan," pinta
Gultom.
Seorang nelayan, Yadi Sitorus yang kini menganggur sejak tiga bulan belakangan, harus merasakan keseharian tanpa kerja dan pendapatan.Bahkan, pria berusia 31 tahun ini harus hidup luntang lantung di sekitaran Gabion Belawan.
"Aku sudah tiga bulan tidak lagi melaut, karena kapal tidak boleh berangkat. Jadi, aku kerja apa adanya disini, kadang aku mancing. Mau pulang ke kampung di Kisaran malu, karena tidak ada uang. Harusnya, pemerintah memikirkan nasib yang kami alami ini, agar kami tidak melaut," ungkap Yadi. (mol)
Posting Komentar