Indonesia Terkepung, Pembangunan Pabrik Roket dan Rudal Terbesar di Asia Dipercepat
Warning yang dikeluarkan Panglima TNI mengenai pergerakan militer China dan Amerika yang sudah mengepung Indonesia (Baca : Militer China dan Amerika Sudah Kepung Indonesia) membuat PT Dahana (Persero) mempercepat proyek ambisius. BUMN produsen bahan peledak dan senjata tersebut sedang membangun pabrik komponen rudal dan roket pertama serta terbesar di Asia.
Pabrik dibangun di atas lahan seluas lima hektar. Lokasinya di Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Senior Manager Pengelola Aset PT Dahana, Andri Pugiantoro mengatakan, pembangunan pabrik propelan (bahan kimia) tersebut ditargetkan harus selesai dalam kurun waktu selama 3 tahun ke depan.
“Jika pabrik ini sudah selesai, maka akan mampu memproduksi hingga 800 ton Propelan per tahun,” ujar Andri, Jumat (16/12).
“Ini pertama di Asia, dan baru ada di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Subang, yang diharapakan pembangunan pabriknya ini bisa selesai sesuai dengan target,” lanjut dia.
Seperti diketahui, propelan merupakan sejenis bahan kimia yang digunakan untuk komponen pembuatan rudal dan roket.
Dijelaskannya, selama ini Indonesia selalu mendatangkan propelan untuk bahan baku rudal dan roket dari luar negeri, tetapi ke depan,
Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri, sehingga akan mendatangkan devisa negara, apalagi bahan bakunya 60 persen ada di Indonesia.
“Propelan sendiri terdiri dari senyawa fuel, oksidator, dan adiktif. Proses pengayaan senyawa tersebut menghasilkan propelan base, dengan fuel, dan oksidator, yang terpadu dalam satu senyawa kimia, seperti nitroselulosa, nitrogliserin dan nitroguaridin, yang menjadi bahan baku rudal dan roket,” imbuhnya.
Andri menegaskan, sebelum pabrik Propelan di bangun, pihaknya terlebih dahulu sudah membangun pabrik Nitro Gloserin (NG), dan pabrik
Nitro celullose (NC), yang menjadi bahan utama pembuatan propelan di kawasan Energetic Material Center (EMC). Adapun dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik Propelan tersebut diperkirakan lebih dari Rp 5 triliun.
“Paling sedikit kita butuh dana Rp 5 triliun. Dan kemungkinan besar lebih dari itu,” pungkasnya.
(jawapos)
Posting Komentar